Tuesday, December 15, 2009

mom.

Some say, If my eyes was not too blind to see
And if my mind was not so indifferent and busy
I will realize that i’m too blind, my stupid eyes
And have a cold and stubborn heart as ice
I didn’t see her, walking weakly — without fear
And I will surely realize,– the change in her hair
That starts turning gray as her step moving farther
And farther, with all kind of pain she has suffer
Well, for this long I didn’t realize the sign
I didn’t notice, and I had been being blind.
until I, something so weakly to be heard
silently said like the weakest whisper
“I am a mother”,——— voicelessly and quiet.
and she, never! — for a second, said,– “I’m tired”
(surely!! a relflection)

Friday, November 20, 2009

the terrible rain is terrific

What’s wrong for having a terrible rain?
To just sit and stare and not complain
So can the people have some rest
Hiding or sink in a thick blanket,
Or put cold the hands in a vest
And close the eyes in a warmer nest
Cause outside is all wet.
What’s wrong for having a little rare sleep?
In busy working day our mind has drown deep
Just swerve the rules, be warm and stay
And say “the rain” as a little lies
That saved you from boring busy day
“The rain is terrible and cold as ice”
Is all that you need to say.
To have rare rest and slight stay
(a reflection)

Wednesday, October 14, 2009

pagi ini kuantar ayahku ke medan perang


Jam alarm telah berteriak teriak mengoyak ngoyak telingaku, berteriak sekeras kerasnya untuk memberitahuku bahwa adzan subuh kurang begitu tegas dan kuat untuk dapat membukakan mataku. Aku tak acuh mendengar mereka, para perusak tidur, aku membiarkanya terus berteriak, aku berpura pura menjadi orang tuli, dan terlebih lagi, aku berpura pura tidak menjadi orang islam dengan mengacuhkan panggilan bilal yang melafalkan bahasa asing dari timur tengah yang disebut “adzan” itu. Sampai akhirnya ayahku, membangunkanku dengan hanya berkata “nak, tangi! Antarkan aku!”. Aku terperanjat,.. dan kuingat bahwa kemarin malam aku berjanji untuk mengantarkanya pergi ke medan perang.

Aku terbangun, menyia nyiakan waktu tidurku yang masih tersisa sekitar 2jam. Ayahku berkata “pakai peralatanmu, berlengkap diri lah!, aku mau solat subuh dulu!”. Beliau kemudian mengambil wudhu dan menunaikan ibadah sholatnya, dan aku sibuk mencari jaket anti peluruku dan menyiapkan kendaraan untuk mengantarkan ayahku. Beberapa menit kemudian kulihat ia sudah siap berangkat, ia memakai baju tipis yang tembus angin, kemeja berlengan panjang yang tak akan membuatnya bertahan oleh serangan angin sekecil apapun, celana kain biasa yang ketika angin menyapa dia akan sedikit merintih merasakan dingin nya pagi ini, kurasa sebutir peluru akan dapat dengan mudah menembus kulit dan dagingnya. Dia tak memakai sepatu perangnya, yaaah inilah seragam setiap hari yang ia pakai untuk berperang. Dia tak juga mambawa senjata berat, dia hanya membawa beberapa senjata ringan dan beberapa butir peluru yang ia letakkan di tas kecilnya, tas yang dulunya pernah kupakai untuk menuntut pendidikan di sekolah, tas yang belakangan ini kubuang dan kutaruh di gudang karena sudah jebol dan tidak layak pakai. Rupanya ayahku mengambilnya dan menjahitnya kembali agar bisa ia pakai untuk berperang. Dan aku, telah mendapatkan tas baru sementara ayahku hanya memakai tas seadanya.

Ia memberikan beberapa lembar uang kapadaku, “ini le, buat sekloahmu,..buat ibu belanja juga!, sampaikan salamku pada ibumu” ibuku rupanya sudah berangkat ke musola, solat berjamaah disana. Melihat uang itu, aku teringat isi meja dapur yang beberapa hari ini telah kosong, hanya ada nasi dan beberapa piring bekas lauk yang sudah tak ada lagi lauknya, yaaah beberapa hari ini tak ada cukup makanan untuk dimakan, aku pun biasanya pulang malam dan langsung tidur untuk melupakan rasa laparku, kulihat tiap malam ibuku juga telah tertidur, mungkin beliau juga menghindari rasa lapar yang merobek robek perut. Aku juga teringat pada beberapa temanku yang belakangan ini menagih uang buku karena aku hutang untuk mencopy beberapa buku untuk sekolahku, beberapa hari ini aku hanya bisa mengucap “maaf aku masih belum punya uang, mungkin kalau bisa besok segera kubayar”. Menerima uang itu rasanya gembira sekali, kuucap rasa beribu ribu terimakasihku kepadanya lewat tundukan kepalaku dan senyum kecilku, mulutku terlalu sombong dan angkuh untuk mengucapkan secuil kata “terimakasih” sungguh aku adalah anak yang durhaka, terlebih lagi karena beberapa hari ini aku sempat jengkel kepada ayahku karena belum juga bisa memberikan biaya untuk hidup, sumpahh,..aku adalah anak yang kurang ajar!!

Kami berangkat, kubawa ia ke tempat para berkumpulnya pasukan pasukan lain yang siap diangkut untuk ditempatkan di medan medan perang di berbagai pelosok negeri. Kulewati jalan yang berdebu sedingin salju,.. beberapa truk besar ikut lewat membawa beberapa pasukan, ada juga yang membawa bahan bahan perang,..kami melawati jalanan itu, tanpa berbekal senjata, tanpa takut resiko tertembak di perjalanan. Kita tak bertemu seorangpun yang kita kenal, sampai pada akhirnya kita sampai di kantor, tempat pemberangkatan para pasukan. Ini adalah saat untuk melepas ayahku, dia kembali berkata “jangan lupa uangnya kau pakai untuk sekolah juga”, kujawab kata kata terakhirnya itu dengan kata “iya” dan kemudian kucium tangannya tanda aku akan melapaskanya pergi,. Ia pun segera bergegas menuju kantor termpat berkumpulnya para prajurit, orang orang yang meninggalkan orang yang dicintainya, orang yang pergi sebagai harapan para sanak keluarga, orang yang ketika berangkat akan sangat dirindukan dan bisa membuat sedih anggota keluarganya, orang yang sangat diharapkan untuk cepat kembali, dan orang yang ketika sekembalinya nanti akan dihadiahi senyum gembira dan tetesan air mata sebagai wujud terimakasih kepada sang pencipta karena teah mengembalikanya.

Kulihat ayahku dengan tegas bergegas menuju sebuah kantor yang hanya diterangi lampu neon itu, dia berjalan dengan tegas, menyatakan bahwa ia siap mati dan juga siap berjuang untuk keluarganya, untuk dua anaknya yang sedang tertidur di rumah dan lagi lagi melupakan solat subuhnya, untuk satu anaknya yang bersedia mengantarkanya sampai sejauh ini, dan untuk seorang wanita yang oleh anak anaknya dipanggil dan disebut sebagai “ibu”, untuk seorang wanita yang telah menjadikanya seorang ayah. Dan dia pergi, menjauh, menuju sebuah medan di negeri antah berantah, kau tau?,.. tak membawa senjata,.. karena yang dibawa didalamnya hanya sebutir peluru,.. sedangkan senjatanya, kubawa pulang, katanya “untuk jaga jaga kau di jalan”,.. tak seharusnya kulepas ayahku kesana, bukankan seharusnya aku yang berangkat kesana?
Dia sempat menoleh, berpaling kepadaku,..

Tak tau kata apa yang tersirat ketika dia menoleh kebelakang dan menatapku kembali yang masih menunggunya,.. namun yang pasti, mungkin dia akan pulang nanti malam,. Dan kuharap dia pulang nanti malam


Aku pergi, pulang, dan sesampainya dirumah akan kutunaikan solat subuh yang telah tertunda beberapa hari ini.


(sebuah refleksi)

semalam di terminal behind the scene

rasanya gak akan nyambung baca ini kalo belum baca semalam di terminal part 1 dan 2,..
Semalam di terminal, beberapa jam yang telah kuhabiskan di terminal berisikan orang orang berseragam “FIGHT FOR LIFE”, tempat orang orang yang memiliki selera kenikmatan dan kesejahteraan yang sangat buruk, tempat kumpulan orang orang yang siap mati kapan saja demi sedetik masa depan hidupnya, demi beberapa detik yang mungkin mereka persembahkan untuk anaknya yang sedang tertidur pulas dibalik hangatnya selimut, atau demi seorang istri yang mungkin sedang menunggunya dirumah, demi sebuah asbes rumah yg rusak, yang seharusnya sudah diganti karena hujan mulai menyapa, demi kaca yg sudah pecah namun tetap dipasang, demi genteng yang sudah tak mampu menahan tembusnya air hujan, demi gedek reyot yang tertembus angin, dan demi makanan dan lauk yang tak pernah baru.
Pakaian yang mereka kenakan malam ini adalah seragam seorang patriot hidup,.
Dan senyum yang mereka bawa setiap harinya adalah lilin yang mungkin mudah terkoyak oleh angin,..lilin yang mudah padam,.. dan sudah kulihat usaha mereka mempertahankannya supaya gak padam (pake cempluk atau strongking,..heheh)
Hal pertama yang kuperhatikan adalah hubungan antara terang bulan di meja ibu penjual kopi dan rombong terang bulan di sebelah yang kira kira berada 10 meter dari tempat si ibu penjual kopi. Rombong terang bulan 10 meters away from me adalah mantan terang bulan favorit warga sekitar sini, aku ingat ketika kecil kira kira aku masih SD, ayahku selalu mengajak aku untuk membeli terang bulan disana,.. waktu itu terang bulan adalah makanan yang mewah buatku, mungkiin hanya 3bulan sekali aku membelinya,..haha sedih kuingat masa laluku,.. aku hanya bisa menikmati terang bulan 1 kali tiga bulan kalau lagi beruntung,..kalo tidak yaaa mungkin selama 1tahun penuh aku belum bisa mencicipinya,.. tapi satu hal yang membuatku tetap TABAH dalam hal ini,..yaitu “aku tak terlalu seka terang bulan” hehehheheheeeee,…..
Rombong itu kini tampak tua, reyot, kotor,..kurasa ini adalah rombong yang sejak dulu dipakai,..tak ada perubahan,.. Cat coklat rombong itu khas cat avian yang dicampur dengan minyak gas karena tiner memang terlalu mahal dan terlalu mewah, atau mungkin si bapak penjual tak mau rombongnya terlalu mewah, karena mungkin orang jadi tidak membeli terang bulan, malah membeli rombongnya (kalo terlalu bagus). Dam lampu 5 watt penerang rombong itu tampak sangat redup, mungkin sama redupnya dengan rejeki yang datang hari ini. Dulu pernah semasa kecilku rombong ini menggunakan lampu neon 100 watt, kurasa lampu lampu itu adalah alat refleksi betapa susahnya mengais rejeki di tanah yang banyak ternoda oleh darah rakyatnya sendiri ini.
Terang bulan yang dulunya tenar dan sempat menjadi legenda masarakat gadang, lowokdoro kacuk dan sekitarnya itu kini bagaikan jam antik yang tidak lagi berdetak,..seperti jam di jalan lonceng,.. Yang akhirnya dijebol dan dipinggirkan,.. tak banyak pembeli yang datang. tak sedikitpun orang yang tak lagi acuh pada sang terang bulan legenda itu,..sungguh nasib memang berkata lain, maklum terang bulan itu tak berinovasi,..rasa yang ada hanyalah coklat dan kacang,.. very classic,..
Rupanya terang bulan yang kumakan mendampingi nikmatnya kopi dan rokok LA ini, yang kuambil dari meja sang ibu penjual kopi itu mungkin adalah terang bulan legenda itu,.. tak begitu sedap rasanya bagi orang sok modern seperti aku,..lidahku sudah terlalu hina karena terbius oleh produk produk import, terbius oleh kosakata rasa lidah baru dari terang bulan isi sosis, keju, paprika, jamur, daging dll yg dijual di GENTENG ABANG..sehingga tak bisa merasakan enaknya terang bulan legenda yang sedari manghrib tadi sudah tertiup dan dibekukan oleh dinginnya angin sehingga lidahku menterjemahkan rasa terang bulan itu sebagai “anyep, asem, kecut, dan eneg” sungguh sombong sekali lidah hinaku ini,..kukutuk diriku karna hal ini!!
Sungguh tak kutemukan rasa yang solid dari terang bulan ini,..rasanya sangat abstrak,..tak ada manis yang pasti, tak ada asin yang pasti, dan tak ada asam yang pasti,.. kukutuk lagi diriku karma tak menghargai sang mantan idola,.. kukutuk lagi diriku, terlebih lagi karena tak bisa menghargai sejarah,.. aku bukan warga Negara yang baik
Dibalik semua itu ada satu kebenaran,..yaitu rasa terang bulan itu memang eneg, buktinya tak ada yang mau makan,..hahahahah (ampun pak) yaaaaaaaaah,..sang legenda memang saatnya tergulingkan oleh terang bulan modern ala genteng abang.(pizza hut)
Dan pandanganku beralih pada tahu petis, beserta petisnya, beserta wadah petis yang klasik sekali (kotor=klasik), beserta lombok yg warnanya sudah tidak jelas (entah hijau atau merah atau kuning, yang jelas ada warna coklat, hasil “kohesi”, menempelnya molekul molekul debu dengan molekul lombok), dan yang menarik, petis di dinding dinding wadah nya,..yang sudah kering karma memang hanya dicuci sebulan atau dua bulan sekali.
Kira kira tahu petis itu umurnya baru sehari,.. masih orematur bagi mahluk hidup, namun untuk sebuah makanan tak ada kata premature, yang ada hanyalah kedaluarsa,..6 jam=kedaluarsa hahaha,…
Kalau kuurutkan kira kira yang tertua dari anggota gerombolan tahu petis itu adalah wadah petis, berumur kira kira 16tahun, waaaa masih remaja,..kira2 wadah ini dibuat era 90an, kelihatan dari coraknya, tapi itu tak begitu berbahaya,.. yang termuda dan namun walaupun muda tapi berbahaya adalah si tahu,.. kira kira baru tadi pagi si ibu mungkin membalinya di pasar,.. tapi itu kira kira 20 jam yang lalu,.. 20 jam tertiup debu tentu saja tahu itu sudah dimodifikasi dengan debu kotoran dan lain lain,..apalagi tangan tangan pembali yang biasanya memilih milih tahu sebelum dimakan,..menambah daftar penyakit dan kuman yang menempel pada tahu itu,..hahahhahaha,…asik aja! SIKAT BOSS!! Sebaiknya anda piker terlebih dahulu sebelum menyantap tahu itu,..anda bisa menjadi kandidat terkuat calon penderita diare (seperti aning) hahahahahaha,..
Gak ada yg mewah disana, termasuk wajahku,.. aku tak merasa bahwa wajahku cukup untuk dikategorikan sebagai wajah mewah. Ketika kesana rambutku acak2an khas rambut bangun tidur, aku pun hanya menggunakan jaket berwarna hijau seperti warna semen, yaah,..temanku menyebutnya “jaket semen”, jaket bekas yang kubeli di comboran seharga 7ribu rupiah saja waktu aku SMP kelas 2 (kira kira 6 tahun yang lalu),..jaket yang akhir2 ini aku WENTER (aku kasi pewarna tekstil berwarna hitam) supaya tak begitu kelihatan gembel,.. jaket yang mengikutsertakan diriku sebagai anggota kaum kaum lower class, jaket yang membuatku disebut “gembel” oleh teman temanku, jaket yang tak membuat wanita tertarik padaku (kecuali satu orang), jaket yang bersamaku ketika kehujanan, jaket yang kucuci hanya beberapa bulan sekali, jaket yang kusebut “jaket jok” karena sering kuletakkan di jok karena kurasa jaket itu tak akan hilang walaupun kutaruh di sembarang tempat, jaket yang hari ini kupakai menuju terminal,..bergabung dengan mereka. Jaket yang merupakan isyarat “HALO, AKU DATANG” kepada penghuni terminal, dan jaket yang membuat mereka memberikan isyarat kepadaku “SELAMAT DATANG”,.. tapi lepas dari kata “tak ada yang mewah” semua hal itu sangat menarik,.. tak terbelikan oleh apapun,… dan sumpahh,..aku tak bisa membumbui cerita ini dengan humor lagi,..karena aku memang tak ingin mentertawakan mereka kali ini, terlebih lagi, aku hanyalah seorang anak petani, tak pantas aku menghina mereka,.. karena aku mungkin adalah bagian dari mereka.
Kutulis behind the scene ini sembari mendengarkan lagu dari Coldplay “Fix you”, dan jemari tanganku selalu terhenti ketika Chris Martin sampai pada sebuah lirik lagunya “when you try your best but you don’t succeeded” yang mungkin keadaan dalam lirik ini pernah mereka alami,..Dan lagu ini yang mungkin adalah refleksi dari secercah lilin dari dalam diriku, yang mungkin kuharap aku bisa memperbaiki keadaan seperti ini, keadaan mereka. (mimpi mimpiku)
Sorri karena kali ini cerita ini gak begitu menarik,..ini hanyalah behind the scene
Aku, si penulis, yang kemarin mungkin bisa menulis kata kata nakal dan ngawur sekali, penuh ejekan dan hinaan,.. untuk kali ini, untuk behind the scene ini, yang gak hanya “behind the scene”, tapi juga “behind my scene, inside mine” dan setelah melihat semua ini, aku merasa hina,. Terlebih lagi jika aku tak bisa tersenyum dan tertawa lebih baik dari mereka,..
Sekali lagi
“aku merasa hina, jika aku tidak bisa tersenyum dan tertawa lebih baik dari mereka”
Habis.

Sunday, September 13, 2009

semalam di terminal part II

kusambung rokok LA yg hampir habis,..
meneruskan rokok LA kedua dan terahir yg ada di sakuku,..
pemandangan lain menyentakk hatiku serasa kaki dgn sepatu boot tentara menendang keras tepat di paru2 ku,..
bapak tua berdiri memasak pangsit mie, ya dialah yg menendang keras tepat di paru2 ku,..betapa tidak,. kulihat tubuhnya sudah terlalu tua untuk berjualan, apalagi di malam sedingin ini, (kuubah daftarku, orang ini adalah kandidat utama calon orang yg tewas krna angin duduk, dan si ibu berada di urutan kedua) bajunya lusuh, standart pasar, mungkin sudah beberapa hari tidak dicuci, mungkin jg cuma dipakai ketika jualan, dan dilepas dirumah lalu dipake lg esoknya pas jualan lagi, mungkin juga sudah dicuci namun krna emang bajunya lusuh jadi tidak kelihatan mewah, sama seperti baju penduduk pasar lainnya,.. rasanya orang2 inilah yang dinamakan struggle hard for life until meet the last drop of blood, (kuharap ada yg mmbuatkan lagu utk mereka, FIGHTING FELLOW suda bubar sayangnya, kl blm aku pesen mat, camat!) rasanya dlm pikiran meraka sudah tak ada lagi pedoman “exist or die” khas para entertainer dan anak gaul yg ngomong lo gue lo gue padahal baru hidup d jakarta 1 minggu, sebelumnya asli JOMBANG. lo tau lah, yg berhak ngomong gitu kan cuma yg punya mulut bersertifikat asli jakarte (mengutip dari kata2 riko cebol, yg berhak mendampingi SPG wanita2 harum ke pantai cm orang sing duwe “kunam bersertifikat”, terminology yg geje rupanya) kupikir hanya ada pikiran ttg “makan esok hari, esoknya lagi dan esoknya lagi” tanpa ada sedikit pikiran untuk bersenang senang. jalan jalan ke MALL, KARAOKE, KONGKOW, NGOPI, PULOSARI, MOSKOW, 9BALL, BILYAT, adalah hal asing bagi mereka,..atau bahkan mungkin saking susahnya hidup mereka sampai ga tau nama walikota malang, ato lupa nama wakil presiden indonesia,..(negeri kaya dgn penduduk mayoritas orang miskin)
dua orang datang dari arah pasar memakai baju khas pemilu partai, kulihat salah satunya memekai baju warna merah bertuliskan “PDI PERJUANGAN”, ga tau apa bapak ini pndukung ato bahkan tim sukses atopun tim roket dari bu MEGA, yg jelas baju partai ini masih dipakainya sejak pemilu terahir, 2004, lima tahun adlh wktu yg cukup lama utk mmbuat sablonan di baju itu pudar dan luntur,..(jgn2 mas oki sing nyablon) teman semotornya memesan mie pangsit ke bapak tua renta itu, “psk mie pangsit kaleh nggeh”,..”oo inggih mas” jawab si bapak itu dgn sebuah senyum, senyum di tengah bau dan gelapnya terminal, hanya diterangi oleh lampu cempluk yg api nya sengaja dikecilkan buat menghemat minyak tanah, hehe i know your technique! senyum itu senyum hormat, senyum terimakasih, rasanya harus ada soundtrack utk senyum ini,..dan sepertinya kurasakan hati pak tua ini berkata “terimakasih karena sudah mau membeli pangsit mie saya” kurasa ini lah yg membuat orang itu bertahan,. “rasa terimakasih” rasanya seperti melihat sesosok kakek yg menghidupi sebuah keluarga besar, sempat kupikir ingin kupeluk tubuh rentannya,.. tubuh yg hny berlapis kaos tipis lusuh, yg ketika diterpa angin tubuh itu akan membeku sejenak, merintih krna dinginya angin yang dihembuskan oleh KEJAMnya dunia,.
dua orang itu memesan kopi di tempatku to kill the time waiting for the mie pangsit,..”bu kopi setunggal mawon”,..2 orang minum satu kopi,..rasa kelaparan rupanya sudah menusuk nusuk perut mereka,..pak tua tim sukses PDI PERJUANGAN mendekati sepiring tahu petis, mengambilnya dan menyantapnya lahap2,…tubuhnya pun tak jauh berbeda dgn si bapak pnjual mie pangsit,..rentan dan tak seharusnya berada di terminal, tempat yg berpotensi memberikan anda segala macam penyakit,.tangannya bergetar mugnkin tak kuat menahan dingin,
rupanya pak tua pnjual pangsit is out of SAWI,..tau ga apa tindakanya,..dia berlari ke arah pasar utk membeli sawi, hny utk melayani pesanan 2 orang tersebut,..aku bertanya2 dalam hati “berapa si harga mie pangsit itu sampe dibela2in lari2 ke pasar?”,..rahasia terbongkar,..seorang bapak yg tadinya makan disana mau membayar namun krn pak pnjual mie pangist sdr mngejar sawi di pasar dia nitip uang ke ibu kopi, “loh tiange pundi bu,..kulo nitip mawon nggih, pinten niku pangsite” dan harga yg murah keluar dari mulut ibu kopi, aku mencuri dengar, “tigang ewu pak”,..buat lo yg merasa gak pernah jualan pangsit tiga ribu rupiah,..gue tawarin, taksuruh lari aja beli sawi di pasar, tak bayar 3ribu mau ga?
kamu kamu yg biadabb pasti jawab “lapo, duikku akeh kok!”
sebuah usaha yg berdedikasi tinggi yg dilakukan pak tua tersebut, dia mnjaga rasa pangsitnya tetap enak dengan mempertahankan sawi yg mendampingi pangsit tersebut,..namun nasib tak melihat bapak tua itu,.nasib tak berperasaan sama seperti betapa kasihannya aku pada pak tua itu,. dua orang yg memesan pangsit tadi sudah bosan dgn waktu yg tersita krna sang bapak bermaksud baik pada mereka, yaitu memberikan pangsit+sawi agar enak,..dua orang itu pergi meninggalkan pangsit yg sudah dipesanya,…yaa,…memang terlalu lama,..tapi apakah tak cukup dedikasi bapak tua ini? apakah senyum yg tadi berkata “terimakasih karena telah membeli pangsit saya” tak cukup untuk membayar waktu anda menunggu? apakah niat baik utk menambahkan sawi sehingga dibela belain lari ke pasar ditengah malam ini tak berarti? apakah manusia begitu buta dan egois sehingga tak melihat cahaya redup ini?
kuhisap dalam2 rokok LA ku,..kurasakan hampa sejati disetiap hembusan nafas yg bercampur asap rokok itu,..
pak tua itu tak kunjung kembali sampai rokok LA keduaku hampir habis,.. kuharap terjadi apa2 dengannya, dia adlah kandidat nomor 1 utk org yg mungkin tewas duluan,.. dia seperti berangkat ke medan perang tanpa serangam dan senjata,..hanya mengenakan topi bututnya,..kuharap dia tak tertembak
scene berikutnya tak akan jauh berbeda dengan apa yang tlah kulihat sebelumny,..namun kali ini bukan pak tua reyot lagi yang tak patut berada di tempat rawan penyakit ini, namun kulihat hal lain, segerombolan anak dibawah usia yg mungkin dalam islam blm disebut baligh ato jangan jangan mereka belum disunat,..hehe,..kupikir mereka emang ga seharusnya berada di terminal ini apalagi di malam yg sudah larut ini,..mungkin merekalah yg menambah keruh terminal ini dengan support air kencing mereka,..ya emang anak anak kecil adalah tersangka pelaku utama kencing di sembarang tempat sehingga terminal ini memiliki ciri khas yg khusus,..bau pesing yg awet sampai bertahun tahun lamanya,..
sekitar 8 atau 10 bocah tampak bergerombol disana,..gaduh sekali, merusak suasana malam yang sudah kalut ini,..aku heran apa gerangan yg mereka lakukan di malam selarut ini, mereka rata2 mengenakan kaos band metal2 brcelana jeans panjang meniru gaya musisi yang lagi ngetren jaman sekarang,..dandanan seram tapi lagu nya mellow,..hahaha ironis sekali,..appearance number one kata mereka,..idealis sudah bobrok dan rusak,..anak anak kecil tersebut adalah korban mode, meniru yang salah,..hahaha,..(buat km semua yg merasa mirip anak kecil ini, sadarlah hehe) namun ada sesuatu yg menarik dari mereka, walaupun dandanan mereka sok metal ato gembel (karena bajunya dipake terus dari pertama beli pas awal puasa, dipake tiap hari sampe seminggu stlah lebaran) whatever lah,..tapi mereka tampak membawa bungkusan kresek plastik yg berisi melon entah blewah itu,..bungkusan itu dipeluk dengan eratnya seperti itu hanya harta semata wayang mereka,..aku gak tau drmana mereka dapat blewah itu yg jelas mereka gak mungkin meng combine ny dengan air pipis,..hehe.. “hoi hoi!!” teriak beberapa anak, tampaknya mereka mencoba memanggil kawannya yang gak mau “nggandol” naik pick up ke arah kebonangung,..”disiko wess!! disiko koen!!” teriak beberapa anak yg masih belum naik,..namun ternyata anak yg sudah naik malah memilih untuk turun satu persatu,..mereka lebih memeilih untuk pulang bareng2,..ga tau kenapa mungkin yo krna mereka saudara, (gilee, ibunya pny anak 10) enggak laaah,..anak sekecil ini sudah mengerti kebersamaan, mugnkin juga gak gitu, mungkin mereka takut gak dikasi jatah makan blewah krna yg mmbawa blum naik pick up,..hehe kecil2 waspada juga anak ini. huuuuf,..kalo dipikir2 anak sopo ini yo? mana bapak ibunya? apakah bapak ibuunya masi hidup? kok anaknya dibiarkan main di terminalan gitu, apakah sang bapak dan ibu ga tau kalo ananknya kencing di sembarang tempat? apakah bapak ibunya ga tau kalo terminal bukan tempat utk anak2? belum kalo ada sindikat penjual anak2, belum kalo lagi ada bencong napsu trus anak itu dijadikan pelampiasan,…gimana haiyoooo? beban mental pasti,..
buat lo para orang tua yg merasa sudah merasakan kenikmatan di ranjang,..inget tuh anak sapa,.. ML aja kelakuan lo,..
rokok LA terahirku tinggal beberapa hisapan lagi,..namun bapak penjual pangsit belum kembali,..entah apa yg dia lakukan,..misterius bgt sih! seball!!
akhirnya kuputuskan utk mencoba tahu petis,..kuambil satu dan kulahap,…mmmmm tau ga rasa apa? rasa anyep,..hahaha,..tahune sudah dingin dan berminyak,…
tapi ya enak ae,..kutambahkan beberapa sendok petis utk mnambah kenikmatan yg ge jelas itu,.. tempat petisnya sepertinya sudah ada sebelum aku lahir,..classic bgt,..begitu pula dgn petisnya,..sudah kuno, kurasa petisnya lebih tua dari aku,..(hehe) ooh tuhan, semoga gak keracunan,..(maaf bu)
haaah,…kuteguk kopi pait nan geje itu lagi,..mmmmmhh,..itu lah makanan khas terminal,..ga ada yang mewah,..ga ada yg bersih,..tapi itu semua sumber rejeki si ibu kopi, si bapak tahu campur dan si pak tua yg nyari sawi dan belum kembali sampai sekarang,..kumuh emang, tapi berjuta kenangan tersimpan disana, beribu ribu perjuangan telah terukir di tiap kotoran2 di rombong tua mereka, berjuta juta penderitaan terpahat di keriput wajah mereka dan sedikit kesenangan dan kenikmatan hadir dan terpantul terefleksi melalui bibir mereka,.. yaa,.sebuah senyumm aku lontarkan untuk pamit pulang dan of course tanpa lupa mbayar kopi nya si ibu “pinten bu sedoyo?”
“kaleh ewu gangsal atus mas tambah tahu ne dadi tigang ewu”,..lalu kubayarlah kopi pahit, terang bulan ayep, dan tahu petis tua itu,..sungguh malam yang indah bisa menghirup bau pesing di terminal sambil melihat beberapa tersangka utama pelakunya (anak kecil)..
aku berpaling pada jupe, motor merah seksiku itu kudapati telah dipeluk peluk oleh si bapak tahu campur,..eeeh sialan banget!! enak aja peluk2,..bukanya cemburu,..namun aku takut kalo jok motorku diolesi upil sama bapak si tahu campur,..aku juga patut mencurigainya dooonk,..selain anak kecil, orang dewasa lebih tidak bisa dipercaya, apalagi orang umur tigapuluhan,..wuiiih, ini jago tipu, aplg yg alat reproduksiny masi berfungsi dgn baik,..ati ati buat para cewe,..hehe
aku permisilah sm si bapaknya,..dan akhirnya jupe drove me home,..ke sebuah istana berpagar hitam,..rasa hampa kembali menyelimutiku,
hampa karena ketidakmampuanku utk bersyukur,..
masih kuingat senyum mereka, sampai di depan rumah ini,..
aku pulang,..dan cerita ini selesai!!
mungkin ga ada kesimpulan yg jelas dalam cerita ini, emang aku nulisnya asal2 an,..namun buat lo yg prnah ngopi di terminal,..seru bgt kan?? menikmati bau pesing manusia yang awet bertahun2 lamanya karena emang dikencingin tiap hari???haha,..
buat km yg pengen nyoba,..jgn lupa bawa rokok,..
akhirnya cerita ini selesai kuketik,…

semalam di terminal part I (bersambung)

waktu menunjukan pukul 10.40, perut manusiaku yg murka ini g mau berkompromi rupany, kocoba mncari mknan namun tak ada (maklum sang ibu kan hebatt, hehe luv u mom),..hufff. nang terminal ae wes karo ngopi. kuambil jaket semen ku dan kugahahi jupe, motor seksi brwarna merah walaupun dia sudah reyot, berangkatlah daku ke terminal nista tempat orang orang berlabel “aku butuh hidup”.
setiba disana, kucoba mncari penjual rokok LA ngecer (maklum cm bw duit 10rb) tapi g ada,..huff memang orang disini g butuh rokok semewah itu,..rokok kretek ato rokok yg agak murah mungkin lebih cocok dgn kondisi disana. akhirnya aku tuku rokok di kios gang 19 (jauh tenan demi 2 batang rokok LA seharga 600 rupiah/btg, karena warung yg jarene otlaw warung PKI d dpn perumnas sudah di gusur, tak enaklah ,..ngopi tanpa rokokan,..) akirnya aku dapat bebas menuju terminal. brum brum,..
disana kudapati warung tahu bumbu langgananku tutup (jare otlaw bukan tahu bumbu tapi bumbu tahu saking gak jelase makananya),..FAKK,.padahal kopine enak, (wlpun tahu bumbune jare arek2 g enak)
wess,..pasrah, jupe spedaku (bukan nama sebenarnya) membawaku kembali ke arah rumah dengan pelan2, sampai akhirnya kulihat rombong yg klihatanya jualan soto bersebelahan dgn rombong kopi, tempat yg tepat utk mnghabiskan malam ini (rodo lumayan)
aku turun dan ternyata kulihat label di rombong yg mirip rombong soto itu “TAHU CAMPUR” terbuat dari skotlet (stiker warna sing biasane iku lho, mboh opo jeneng asline),..dalam hatiku berkata “FAKK, kok tahu campur??” tapi gapoo wes,.sing penting bisa makan dan menikmati kopi,.hehe. akhirnya ku pesen seporsi TAHU CAMPUR, “tahu campur setunggal mas nggeh” dan kulihat si bapak penjuale nampaknya pendiam, g tau ap yg dipikir, mungkin dagangannya ga laris,.hehe kulihat tempat jualanya yo standart2,.. cm ada beberapa kursi plastik butut, reyot yg ditempeli kayu kotak di atasnya (biar awet dan tahan lama, biar bisa hemat biaya) lalu kucoba kugagahi kursi itu sambil nyoba menghirup udara malam disana dan,…FAKK, mambu ga enak,.. akhire aku pasrah, memang baunya g enak sekali,..ga sedap. dalam hatiku kupikir itu sebanarnya adalah bau yg harum. awalnya bau itu adalah bau melon, segar kan?,..namun datang lagi bau semangka, seger juga kan,..dan akhirnya bercampur dengan bau bau lainya,..jadine ga sedap blass,..apalagi setelah bercampur dgn bau pesing khas pipis para lelaki2 ngawor (semoga ga ada wanita yg pipis diisana, mungkin tambah pesing kalo wanita yg pipis, hehe)
kulihat rombong kopi di sebelah, wuiihh, made in indonesia, khas indonesia,..rombong reyot yg terbuat dari kayu yg dulunya bagus,..krna sudah termakan usia jadinya berdebu dan lusuh skali, atasnya terbuat dari seng yg sekarang sudah karatan (teyengen jare wong jowo) wesss, duduk disana ae,..sambil kubawa tahu campur yg sudah kupesan,..lalu aku pesan kopi ke ibu penjual, rupanya beliau cm mengenakan baju terusan tipis, baju usang khas comboran yg harganya 10000 dapat 3 baju,.huuff kulihat kmbali baju pak tahu campur yg sok cool itu, gak jauh berbeda, beliau cuma mengenakan polo shirt biru muda (kaya punya misae) yg gak kelihata mewah sama sekali, jauh dari kesan mewah,..huuuf ini lah seragam para pejuang hidup,.yg harus memeras keringat, membanting tulang, dan meneteskan darah utk mndapat duit,..aku rasa mereka pantas mendapat kaos “FIGHT FOR LIFE” yg disablon dan dipake mas OKI,..mereka cocok skali (hehe spurane mas),.., tembus angin, baju khas kandidat korban angin duduk yang sering mati tiba2,..(kupikir ibu ini adalah calon berikutnya yg memiliki kandidat terkuat yg akan tewas di tangan si angin duduk) untungny dia pintar juga wlpun kelihatanya pendidikany g tinggi, (hehe maaf bu) selembar terpal usang, kotor dan bau khas pasar di gantung di atas rombong sehingga angin g berhembus kencang,..(hebat, salut buat anda). ketika kutundukkan kepalaku utk mulai makan tahu campur itu kulihat kayu meja nya sudah reyot dan lusuh,.mungkin sering banyak orang nge-lap kotoran disana, bercampur debu, mungkin juga ada banyak orang yg ngupil terus upilnya ditaroh di bawah kayu meja ini,..wuiiihh bagian bawah kayu yg sangat misteriuss,..berhati2 lah jika anda mau berniat merogoh bagian bawah meja ini,..mungkin juga upilnya sudah kering,..tapi rasa asin upil tersebut mungkin masi awet
si ibu mmbuatkan kopi untukku dan berkata “ngenteni banyune molak malik mas, soale lek ga molak malik gak enak kopine” (ngerti gak koen, misae g ngerti biasae, boso jowo iku) kujawab saja sambil makan “nggeh” (boso jowoku medhok)..tahu campur itu bukan makanan mewah, bukan juga masakan enak,.(spurane pak) tapi buat tempat seperti terminal ini, tahu campur itu adalah pizza, tahu campur itu adalah masakan itali,..wuiih,.enakkk (padahal ga habis, eneg, mangkane sepi wong tuku) tahu campur sucks,..masi enakan sotosop (makanan khas ibuku, weird, soto dicampur sop), sumpahhh tapi disisi lain saya sadar kalo masakan seperti ini sudah seperti masakan surga, i really appreciate it (capaw g ngerti iki, basa inggris soale,..hehe)
akhirnya saatnya tiba, saat yg tepat utk menyeruput kopi sambil mengulum LA, kupinjam korek ke bapak tahu campur, “pak nyambut korek”,..sang bapak mngeluarkan korek dan kulihat “TOKAI” korek apik, namun gas nya yo seperti biasa, korek gas mau habis masih awet saja,..(kl korekku yo biasae di colong arek2, otlaw adl tersangka utama korek hilang, onyek pisan, tapi biasae gundul yo PKI, hendro penipu ulung yg ahli menghilangkan rokok 1pak juga)
kunyalakan LA dan mulai kuhisap batang halusnya,..saat yg indah, di perempatan terminal kumuh yg khas dengan bau pesing (karna pengunjungnya kbyakan pria yg mmpunyai alat urinasi yg flexible jadi bisa kencing di mana saja, walaupun sudah ada peringatan “dilarang kencing disini selain anjing, mereka tetap saja kencing disana dan pura2 buta huruf, atau memang gak bisa baca, atau mereka lagi pura pura ato nyamar jadi anjing, ato kalo g mereka lebih suka jadi anjing ketimbang jadi manusia, soale bisa kencing dimana saja)
kucoba memandang beberapa kol (angkutan daerah kidulan, disebut kol krn asline merknya “colt”, tp krn tradisi org indonesia yg seenaknya ngarani,..biasae disebut “bison” jg, g tau knp) masih banyak penumpang lho, banyak barang juga, dari sayur2an tas2, sungguh bukan hal biasa, mobil ini mengangkut barang dan penumpang lebih dari kuota yg disarankan pemerintah,..yaaah, begitulah susahnya cari duit,.. si penumpak tampak sumpekk krna bersesak2an dengn brang dan orang,.dan kulihat salah satu penumpang telah tidur pulass (keputusan yg tepatt, tapi akn jadi kputusan yg tidak tepat sekali jika dia mndapati barang2nya hilang dicopet ato dibawa orang) huuuuff, memang sekaran gbulan puasa, jadinya banyak orang yg mudik,.aktifitas angkotan pun menambah keruhnya dan asiknya malam ini,..furqan furqann furqan likes this.
kucoba berinteraksi kembali dengan ibu penjual kopi yang tahan banting ini, “wangsule kapan niki bu?” (misae gak ngerti iki,..hehe), dan dia menjawab “mantun sahur wangsul mas soale enten dayoh ten nggriyo,..bla bla bla..bla bla” dan si ibu terus menggombal sampai memenuhi telingaku aku tersenyum ae sok2 mndengarkan dan kadang kuanggukan kepalaku supaya dikira mndengarkan, hehe, kurang ajar y? lumayan,..buat cerita2 jd gantinya radio.
“ooo, lek mulaine kapan?, maghrib bu?”
“inggih mas, mantun maghrib sampun ten mriki”
wuihh,..two thumbs up buat ibu nya,..(tapi four thumbs up buat film transformer2, mikaela sexy!)
“nggriyane pundi se?”
“kulo ten sukonolo” (wueeeehh,..adoh tenan, sukonolo jaraknya mungkin sekitar belasan kilometer dari terminal gadang (akhire disebut jg nama terminalnya)
“lah niki wangsul ten mriko?”
“mboten mas, kulo ten pasar njero” (wuehh,..rupane seneng nyetreet wong iki,..turu di pasar hny ditemani oleh rombong reyot dan bau? apa kata dunia?,.ini adalah orang2 pejuang hidup, g hny berjuang utk diri mereka sendiri, jangankan mikir foya2, mikir makan saja otak mereka sudah penuhh,..salut skali, sementara aku terbayang hidupku di rumah,.dibalik rumahku, aku teringat HP yg kutaruh saku, aku teringat laptop, komputer dan segala peralatn canggih lainy,.kupikir aku jauh lebih beruntung, berjuta2 kali dari ibu ini,..ibu ini mungkin tak tahu apa itu laptop ,mungkin hnya tau dari tv ktika nonton empat mata “kembali ke lap,..top”, atau mungkin juga g tau samasekali krna beliau g pernah nonton tv, beliau menjual kopi di terminal ketika empat mata diputar pukul10, ato wlpun pas liburan beliau g bisa nonton TV krna emg ga punya TV,.semoga ibu ini tau apa itu laptop, semoga ibu ini numpang nonton empat mata di tetangganya,..krna kalo tidak, aku merasa sangat kasihan sekaliiiiiiii,…,..sungguh aku merasa harus beribu2 kali mengucap sukur)
hati kecilku tersentak, menyadari betapa hina diriku kl aku tak mampu bersyukur setelah menyaksikan semua ini dgn panca inderaku sendiri,
kurasakan kembali bau pesing terminal dan hati muda ku berkata “METALL SEKALI IBU INI, mungkin beliau adalah mantan vokalis WALL OF JERICHO yg dipecat krna suaranya g enak dan g bisa basa inggris, maklum beliau cm speak javanese dan MADURANESE of course, penduduk pasar wajib bisa ngomong MADURANESE!! (kapan2 blajar ah nang semok,..rupane irwan wes ahli mari teko meduro soale)
huff,..furqon bersukurlah!
kusambung rokok LA yg hampir habis,..
cerita ini belum selesai sampai aku pulang,..
(bersambung)

Saturday, August 22, 2009

a glance of you.

It was only a glance
that she had already placed
a beautiful bullet
inside my head,
and stop my hollow heart.
it was only a stare
for her to stab a spear
right to my liver
but i feel,
so much more better
after those all ill.
pain, sad, hurt, suffer and sore
will be no more,
because you are the one i adore.

Monday, July 27, 2009

i can't write you a poem

I hate Shakespeare because he could do best than me,
Sure you will love him more.
I just can made this messy word
Without a rhyme!!

Sunday, March 22, 2009

the writer's author

GOD had written a story
in a book called “destiny”
all things and even not-a-things are listed
and won’t be missed
even Shakespeare could write the beautiful romeo n Juliet,
the story of Othello, Hamlet
or even he could made the beautifullest sonnet
GOD had written about all writer and poet
GOD is writer’s author