"mulailah mendengar, membaca, melihat, lalu bercerita, menulis, dan memotret" -- af
Sunday, December 23, 2012
welcoming changes.
I have spent several times photographing the development of my hometown, Malang. Today, I planned to re-photograph one of the construction, but I was surprised to know the building is almost finished. It was about half year ago since I noticed a new construction in Kedungkandang. I spent several hours to pay a visit, photographing, and collecting information before i find out that it is a construction of a new housing project (rumah susun).
I think that i haven't had the best shot of this construction. I feel that I need to take another shot this morning, so I packed my camera and go to the construction area. I feel a little bit unlucky because I find out that the building is almost finished. But that's okay because I already notice and witness the change of my city, visually. The almost-finished rumah susun will surely triggers interesting development and change worth to be observed further.
Friday, October 12, 2012
Sinau Bareng
Sinau Bareng, an independent movement by several youngsters
in Malang. The program is purposed to help student’s problem about school
lessons and also to stimulate children
to be interested in studying. By conducting the program everyday at about 18.00,
sinau bareng has helped many students doing their homework, also answering
things they can’t probably ask to a teacher. The volunteers, whom I might say
as a teachers or even friends to the students are mostly college students.
Besides, some are workers who are willing to spend their leisure time with
children.
Until now, about 36 children are consistently joining the
program with about 10 teachers. The students are divided into three groups
based on school grade, pre-school, elementary school, and junior high school.
The class are now located in Klojen, Malang after the first place was hauled by
government. There are many reasons why
the program is continued, one of those is because there still a chance to help.
Thursday, September 6, 2012
Tradisi yang Patah!
Sejak beberapa tahun lalu setiap awal bulan Agustus hati saya selalu berdebar-debar menyambut kejutan dan sajian apa yang ada pada HUT-RI 17 Agustus nantinya. Namun selalu saja yang saya harapkan tak terjawab, sudah lebih dari ‘beberapa’ tahun ini tak ada kegiatan atau perayaan apapun memperingati hari ulang tahun proklamasi negeri ini. Saya sampai lupa Tradisi baru untuk tidak meramaikan HUT-RI sudah dimulai sejak kapan.
Ritual rakyat yang semenjak 67 tahun lalu kini bagai goresan tinta yang terkoyak penghapus biru merah kasar. Saya kaget ketika menegok perkumpulan adu celoteh burung biru, HUT-RI 67 menjadi trending topic yang ramai dan menggelegar. Tak henti-hentinya rekan dan kerabat yang tergabung dalam perkumpulan burung biru menyampaikan celoteh dan ocehan kosong merdu tentang merah putih, bendera yang ditegakkan dengan darah dan keringat pejuang. Pujian demi pujian dilantunkan lewat nada tak bersuara, dikemas dalam huruf dan kata yang terkurung dalam paket 140 karakter. Pastinya tak akan muat naskah proklamasi dalam media berbatas seperti ini sehingga harus disambung-sambung. Sedangkan celoteh dan ocehan semakin ramai berisi karakter tanpa suara yang nyata, tak terdengar menggelegar walaupun sudah dipaksa memakai huruf kapital.
Ritual rakyat yang semenjak 67 tahun lalu kini bagai goresan tinta yang terkoyak penghapus biru merah kasar. Saya kaget ketika menegok perkumpulan adu celoteh burung biru, HUT-RI 67 menjadi trending topic yang ramai dan menggelegar. Tak henti-hentinya rekan dan kerabat yang tergabung dalam perkumpulan burung biru menyampaikan celoteh dan ocehan kosong merdu tentang merah putih, bendera yang ditegakkan dengan darah dan keringat pejuang. Pujian demi pujian dilantunkan lewat nada tak bersuara, dikemas dalam huruf dan kata yang terkurung dalam paket 140 karakter. Pastinya tak akan muat naskah proklamasi dalam media berbatas seperti ini sehingga harus disambung-sambung. Sedangkan celoteh dan ocehan semakin ramai berisi karakter tanpa suara yang nyata, tak terdengar menggelegar walaupun sudah dipaksa memakai huruf kapital.
Monday, August 6, 2012
Berburu Sesajen Jatah Dewa
Berdesak dan terburu naik ke kawah Bromo cukup lumrah terjadi jika berkunjung ke Upacara adat Kasada. Ratusan warga beramai ramai melangkahkan kaki seribu kali menggotong ongklek-ongklek cantik, sesajen yang dirangkai indah untuk kemudian dilempar begitu saja ke dalam kawah. Karena larung sajen dimulai menjelang ufuk, pandangan mata sangat terbatas sekali. Jarak pandang pun menjadi sangat pendek sehingga perlu berhati hati agar tidak celaka dari ketinggian kawah 2392 dpl ini.
Friday, July 20, 2012
the big step.
------
"And among His signs is this, that He created for you mates from among yourselves, that you may dwell in tranquility with them, and He has put love and mercy between your hearts. Undoubtedly in these are signs for those who reflect." [Noble Quran 30:21]
July 5, my first cousin has made a big step on his life, marriage. One big step to make a man and woman to live as husband and wife. With a brave heart he gets a blessing from God and family to marry a woman carrying out one of Prophet's Sunnah, he opened the gate into a new life as a complete man.
"And among His signs is this, that He created for you mates from among yourselves, that you may dwell in tranquility with them, and He has put love and mercy between your hearts. Undoubtedly in these are signs for those who reflect." [Noble Quran 30:21]
July 5, my first cousin has made a big step on his life, marriage. One big step to make a man and woman to live as husband and wife. With a brave heart he gets a blessing from God and family to marry a woman carrying out one of Prophet's Sunnah, he opened the gate into a new life as a complete man.
Tuesday, May 1, 2012
Kerutan Wajah Tua Budaya Indonesia.
Gempa
gempita lifestyle dan budaya modern yang merebak luas di kalangan
masyarakat tentunya mengakibatkan pergeseran
dan erosi internal budaya nusantara. Gaya hidup kebarat-baratan atau modern yang dibilang
up-to-date tentu akan lebih menarik untuk diikuti oleh kalangan masyarakat
terutama para remaja yang sedang ‘galau’ mencari mode. Predikat ‘keren, cool,
dan gaul’ pun akan menempel seperti perangko pada western lifestyle daripada budaya kita sendiri
yang bahkan dianggap ‘katrok, kuno, atau ndeso’. Hal tersebut tak lepas dari
pemberdayaan budaya tradisional Indonesia yang pergerakanya kurang ‘surface’
atau lebih ‘underground’ dalam artian tanpa publikasi yang memadai sehingga
usaha perberdayaan tradisional tersebut kurang diketahui. Masyarakat pun banyak
yang berlari mengejar ide-ide ke-kerenan dan ke-gaulan yang lebih assoyyyy sebagai
identitas untuk bergaul dengan sesama kawula muda. Jika kita cermati, pergerakan
publikasi sanggar atau grup seni tari di kampung kampung lebih banyak dilakukan
secara oral atau dari mulut ke mulut. Tak heran kalau anggota sanggar rata-rata berasal dari sekelumit orang di sekitar sanggar tersebut
karena ‘senjata’ publikasi masih menggunakan media tradisional penyebaran
folklore yaitu dari mulut ke mulut.
monolog dengan keluhan.
Malam ini aku ndak bisa turu
Kamu diam saja disitu dimeja kamarku
Terpenjara rapi dalam bingkai murahan
yang kubeli tiga tahun lalu
Kamu tau ndak,nyamuk nyamuk disini lagi arisan
Menunggu aku tidur untuk sarapan
Ada yg main serobot guatel, gak sopan!!
Eh Tuan mana Tuan
Padahal aku dulu minta kamu
Dikirim cantik rupawan
Yang nyampai disini cuma fotomu
Sedangkan sisanya rapi terbungkus
dibawah batu nisan
dibawah batu nisan
Tuesday, March 13, 2012
Jakarta; hands up heads down!
I have been visiting Jakarta this past month in the effort of pursuing a life, work, future, chance, opportunity, and experience. I’m not surprised by how the city will treat a newcomer like me, my memories of Arema Indonesia tour Batavia 2010 created a strong impression between Jakarta and hard life. That journey when young and restless people like me saw how big Jakarta was the first time I thought of myself that Jakarta is a city with big promises, but it turned up by the shocking scene behind a tall huge wall in which you may make a BIG SALE for your big dreams. The struggle may end up in the railway from Jatinegara to Pasar Senen, which becomes a welcoming scene of Jakarta from the train window. And that day when I first came to Jakarta I promise myself to get back there and smell its
stinks.
Tuesday, January 31, 2012
keluh.
matanya perih,
angin berhembus merintih.
gontai goyah gemetaran,
haus dan kerontang kelaparan.
apakah yang diperbuat oleh alam?
rupanya telah bersetubuh kejam
manusia dengan bencana.
Subscribe to:
Posts (Atom)